Jumat, 31 Mei 2013

Ilmuwan: Gorga Batak Ternyata Gunakan Geometri Kura-Kura Sistem-L

Tingkat keberagaman kebudayaan Indonesia adalah yang tertinggi di dunia. Namun sayang, hingga saat ini, belum dilakukan proses inventarisasi terhadap data kebudayaan secara komprehensif. Demikian pembuka rilis Vande Leonardo dari  Bandung Fe Institute (www.bandungfe.net) dan Indonesian Archipelago Cultural Initiatives (www.budaya-indonesia.org) yang turut menginisiasi “Gerakan Sejuta Data Budaya” (GSDB).
Beberapa waktu yang lalu, tim GSDB melakukan “Ekspedisi Gorga Batak”. Gorga Batak merupakan ukiran atau pahatan tradisional yang biasanya terdapat di dinding rumah bagia dari rumah-rumah adat Batak. Ornamen dekorasi ini dibuat dengan cara memahat kayu dan kemudian mencatnya dengan tiga (3) macam warna yaitu : merah-hitam-putih. “Ekspedisi Gorga Batak” dilakukan di sekeliling Danau Toba, dari tanggal 9  – 22 Juli 2012.
Menurut Vande, data-data hasil ekspedisi tersebut kemudian diteliti lebih jauh dan dari hasil perhitungan secara komputasional diketahui bahwa Gorga Batak berdimensi fraktal, pada selang 1.4 hingga 1.6. Artinya, Gorga Batak berada di antara dimensi garis dan bidang dua dimensi. “Fraktal merupakan sebuah konsep geometri kontemporer, yang baru berkembang beberapa dekade terakhir dalam studi matematika. Pendekatan ini dipelopori oleh Matematikawan Perancis, Benoit Mandelbrot (1924-2010).” papar Vande.
Teknik pembuatan Gorga Batak kemudian dieksplorasi lebih jauh dengan menggunakan pendekatan Sistem-L, yang rintis oleh Biolog Hunggaria, Astrid Lindenmayer (1925-1989). Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan tanam-tanaman multi-selular.
Dalam rilisnya Vande juga mengungkapkan bahwa dari hasil penelitian Hokky Situngkir dari Bandung Fe Institute, diketahui bahwa cara pembuatan Gorga ternyata dapat dimodelkan dengan menggunakan geometri kura-kura Sistem-L, dengan aturan-aturan tertentu. Untuk mensosialisasikan hasil penelitian ini kepada masyarakat luas, Bandung Fe Institute mempersembahkan sebuah film pendek, yang dapat diakses di http://j.mp/fractalgorga
“Hasil penelitian ini memungkinkan kita untuk menumbuhkan corak motif Gorga dengan menggunakan algoritma komputer. Ia merupakan sebuah alternatif untuk mengapresiasi tradisi Gorga Batak dalam khazanah kajian seni generatif.” demikian Vande.
Sebagai informasi “Gerakan Sejuta Data Budaya” yang diluncurkan oleh Staf Khusus Presiden Andi Arief pada 13 Desember 2011 yang lalu bertujuan untuk menginventarisasi seluruh data kebudayaan Indonesia secara digital, partisipatif dan komprehensif. Hingga saat ini GSDB telah berhasil mengumpulkan lebih dari 120 ribu data artefak kebudayaan Indonesia. Data-data tersebut kemudian dikaji lebih jauh dengan menggunakan berbagai pendekatan sains kontemporer. Lebih dari 30 riset internasional dihasilkan dari pengolahan data tersebut, antara lain “Batik Fraktal”,  “Evolusi Batik”, “Mekanika Statistik Lagu Tradisional”,“Studi Komputasional Candi”, “Kajian Graph Struktur Birokrasi Kerajaan Tradisional Nusantara” dan lain sebagainya.

Sumber:
 http://www.kepadamu.com/2012/10/ilmuwan-gorga-batak-ternyata-gunakan-geometri-kura-kura-sistem-l/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar