Tingkat keberagaman kebudayaan Indonesia adalah yang tertinggi di
dunia. Namun sayang, hingga saat ini, belum dilakukan proses
inventarisasi terhadap data kebudayaan secara komprehensif. Demikian
pembuka rilis Vande Leonardo dari Bandung Fe Institute (www.bandungfe.net) dan Indonesian Archipelago Cultural Initiatives (www.budaya-indonesia.org) yang turut menginisiasi “Gerakan Sejuta Data Budaya” (GSDB).
Beberapa waktu yang lalu, tim GSDB melakukan “Ekspedisi Gorga Batak”.
Gorga Batak merupakan ukiran atau pahatan tradisional yang biasanya
terdapat di dinding rumah bagia dari rumah-rumah adat Batak. Ornamen
dekorasi ini dibuat dengan cara memahat kayu dan kemudian mencatnya
dengan tiga (3) macam warna yaitu : merah-hitam-putih. “Ekspedisi Gorga
Batak” dilakukan di sekeliling Danau Toba, dari tanggal 9 – 22 Juli
2012.
Menurut Vande, data-data hasil ekspedisi tersebut kemudian diteliti
lebih jauh dan dari hasil perhitungan secara komputasional diketahui
bahwa Gorga Batak berdimensi fraktal, pada selang 1.4 hingga 1.6.
Artinya, Gorga Batak berada di antara dimensi garis dan bidang dua
dimensi. “Fraktal merupakan sebuah konsep geometri kontemporer, yang
baru berkembang beberapa dekade terakhir dalam studi matematika.
Pendekatan ini dipelopori oleh Matematikawan Perancis, Benoit Mandelbrot
(1924-2010).” papar Vande.
Teknik pembuatan Gorga Batak kemudian dieksplorasi lebih jauh dengan
menggunakan pendekatan Sistem-L, yang rintis oleh Biolog Hunggaria,
Astrid Lindenmayer (1925-1989). Pendekatan ini biasanya digunakan untuk
menggambarkan pertumbuhan tanam-tanaman multi-selular.
Dalam rilisnya Vande juga mengungkapkan bahwa dari hasil penelitian
Hokky Situngkir dari Bandung Fe Institute, diketahui bahwa cara
pembuatan Gorga ternyata dapat dimodelkan dengan menggunakan geometri
kura-kura Sistem-L, dengan aturan-aturan tertentu. Untuk
mensosialisasikan hasil penelitian ini kepada masyarakat luas, Bandung
Fe Institute mempersembahkan sebuah film pendek, yang dapat diakses di http://j.mp/fractalgorga
“Hasil penelitian ini memungkinkan kita untuk menumbuhkan corak motif
Gorga dengan menggunakan algoritma komputer. Ia merupakan sebuah
alternatif untuk mengapresiasi tradisi Gorga Batak dalam khazanah kajian
seni generatif.” demikian Vande.
Sebagai informasi “Gerakan Sejuta Data Budaya” yang diluncurkan oleh
Staf Khusus Presiden Andi Arief pada 13 Desember 2011 yang lalu
bertujuan untuk menginventarisasi seluruh data kebudayaan Indonesia
secara digital, partisipatif dan komprehensif. Hingga saat ini GSDB
telah berhasil mengumpulkan lebih dari 120 ribu data artefak kebudayaan
Indonesia. Data-data tersebut kemudian dikaji lebih jauh dengan
menggunakan berbagai pendekatan sains kontemporer. Lebih dari 30 riset
internasional dihasilkan dari pengolahan data tersebut, antara lain
“Batik Fraktal”, “Evolusi Batik”, “Mekanika Statistik Lagu
Tradisional”,“Studi Komputasional Candi”, “Kajian Graph Struktur
Birokrasi Kerajaan Tradisional Nusantara” dan lain sebagainya.
Sumber:
http://www.kepadamu.com/2012/10/ilmuwan-gorga-batak-ternyata-gunakan-geometri-kura-kura-sistem-l/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar